Panji Aziz Pratama
Bergerak dari kepedulian, bermodalkan sebuah
kreatifitas dan berasaskan inovasi adalah satu dari banyak hal yang mengartikan
“Kewirausahaan Sosial”
Indonesia merupakan Negara besar yang memiliki kompleksitas permasalahan didalamnya. Bangsa ini memerlukan para wirausaha
sosial untuk menjadi Agent of Change dalam membangun sinergitas bersama menangani masalah yang ada.
Bagaimanakah tindakan kita ?
Akankah hanya berdiam
diri dan menggerutu dengan segudang permasalahan yang ada? Ataukah kita bangkit
dan bergerak untuk bersama membuat kreatifitas dan inovasi dalam rangka
penuntasan masalah tersebut ?
Era dimana warga negara dapat ikut berperan
aktif membangun dan memajukan bangsanya merupakan satu hal yang harus kita
sadari, bahwasanya saat ini Negara sedang membutuhkan kita untuk ikut bersama
membangun bangsa. Tidak ada salahnya bukan membangun bangsa dengan cara berwirausaha?
Minimal dengan mencoba
berwirausaha, kita akan belajar untuk :
1. Selalu berusaha menumpahkan dan menuangkan kreativitas, untuk
menciptakan produk baru atau gaya promosi baru.
2. Selalu berusaha untuk mencapai target keuntungan dan menghindari
kerugian.
3. Selalu berusaha untuk mencari jaringan ataupun teman-teman
baru untuk memperluas pasar.
4. Selalu berusaha untuk menjelajahi beragam ilmu baru tentang kewirausahaan,
sehingga pikiranselalu penuh terisi dengan ilmu baru.
(Dalam blog innovation thinking-Young Entrepeneur)
“Yang muda yang berwirausaha”. Kata ini tepat untuk para sosok pemuda
generasi penerus bangsa yang mencoba membangun usahanya melalui wirausaha.
Mereka bergerak, bangkit dan bertindak. Belajar dan berusaha adalah modal utama
dalam melakukan sebuah kewirausahaan sosial. Kreatifitas dan inovasi tentunya
menjadi bumbu dalam kewirausahaan sosial yang dibangun tersebut.
Holt (1992 dalam B.P. Dwi Riyanti 2003; 44)
menyatakan bahwa kreativitas adalah pembenihan yang memberikan gagasan
entrepreneurship, sedangkan inovasi adalah proses dari entrepreneurship.
Pembenihan dan proses dari entrepeneurship merupakan hal penting yang
harus diperhatikan. Cerdas melihat peluang dan berani mengambil keputusan menjadi
salah satu faktor utama bagaimana kewirausahaan yang akan dibangun kedepannya.
Bermimpi menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama
tentu bukan hal yang salah. Ketika kebermanfaatannya sudah tumbuh menjadi
besar, maka diperlukan adanya aspek individu untuk menjaga kesinambungannya, melainkan juga
aspek-aspek lain. Kewirausahaan sosial, menurut Paul C Light (2008) terbangun
dari empat aspek yaitu :
(1)
Kewirausahaan,
Kewirausahaan merupakan aspek pertama dari konsep
kewirausahaan sosial (social entrepreneurship). Hal ini menunjukkan
bahwa kewirausahaan sosial tidak akan ada tanpa adanya kewirausahaan.
(2)
Ide/gagasan,
Drayton (2002, dalam Light 2008:110) menyatakan bahwa
tidak akan ada satu wirausaha tanpa sebuah gagasan yang sangat kuat, baru dan
berpotensi mengubah sistem.
(3)
Peluang/kesempatan
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut, terkait aspek
peluang/kesempatan dari kewirausahaan sosial. Light (2008:120) menyatakan bahwa
peluang mungkin merupakan terminologi yang paling membingungkan dalam
pembelajaran kewirausahaan sosial, karena peluang sulit untuk dilihat dan juga
tidak mudah untuk dieksploitasi. Peluang, kadang hanya terbersit di kepala
wirausaha sosial, yang belum tentu dipahami oleh orang lain.
(4)
Organisasi.
Unsur selanjutnya yang membentuk kewirausahaan sosial
adalah organisasi. Organisasi disini adalah wadah bagi gerakan kewirausahaan
sosial dan juga merupakan pengikat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam upaya
mengembangkan dan membuat kesinambungan dari praktik kewirausahaan sosial itu
sendiri.
Dengan memperhatikan aspek tersebut, kebermanfaatan menjadi seorang
wirausaha sosial akan menjadi profesi yang mulia, disamping mereka bermanfaat
untuk orang banyak, mereka akan mendapatkan kepuasan batin yang tidak semua
orang dapatkan.
Berangkat dari hal tersebut, maka bergeraklah mereka dalam berbagai
bentuk usaha , seperti penerbitan untuk dan oleh sesama
tunawisma, organisasi yang mendukung perdangangan yang adil, usaha mengaktifkan
broadband internet sendiri, usaha menjadikan desa wisata, perbankan berbasis kewirausahaan
sosial dan lain-lain. Usaha inilah kelak yang akan membangun bangsa ini menuju
bangsa yang besar.
Mereka semua yang sudah bergerak dalam bentuk
usahanya memiliki berbagai macam pola pikir yang berbeda.
Berikut pola pikir yang dimiliki oleh para wirausaha
yaitu :
1. Memiliki locus of control internal : Seorang wirausahawan harus memiliki pengendalian
terhadap dirinya sendiri. Pengendalian diri sangatlah penting dalam penentuan
tujuan kedepannya.
2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas : Memiliki toleransi terhadap sesuatu hal yang berbeda
atau melanggar hal-hal yang dianggap pakem.
3. Kesediaan untuk menggaji orang yang
lebih cerdas dari dirinya : Kesadaran atas kesinergitasan akan menghasilkan
sesuatu yang lebih banyak dari yang didapat (siap untuk berbagi pikiran dan
wawasan serta mengisi kekosongan-kekosongan yang ada pada individu tersebut)
4. Konsisten untuk selalu
berkreatifitas, membangun, dan mengubah berbagai hal : Kreatifitas artinya menemukan hal-hal yang luar
biasa dibalik hal-hal biasa (Bill Moyers, dalam Joyce Wycoff, 2003; 43)
5. Dorongan yang kuat untuk peluang
dan kesempatan : Mampu melihat peluang dan berani untuk menangkapnya.
6. Rasa ugenitas yang tinggi : Bentuk urgenitas yang tinggi akan memaksa kita untuk
berinovasi.
7. Perseverance : Usaha menciptakan ide baru kemudia berusaha
mematangkan dan mewujudkannya.
8. Resilience : Kesadaran bahwa hidup adalah perjuangan dan
perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan
terjerembab oleh kerasnya kehidupan.
9. Optimis : Bentuk keyakinan bahwa tujuan akan tercapai dan
target akan terpenuhi dengan kekuatan yang ada.
10. Rasa humor tentang diri sendiri : Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah
satu bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri.
(Dalam
buku Kewirausahaan Suatu Pengantar – Hery Wibowo )
Lalu, pernahkah anda mendengar atau membaca kata-kata ini ?? “Jika kamu ingin sukses, Belajarlahr dari
orang sukses” .Hal ini mungkin tidak asing lagi untuk didengar. Dalam blog
innovation thinking, Hery Wibowo mengajak kita untuk belajar dari orang sukses.
Dahlan Iskan, sosok fenomenal ini tentu tidak asing lagi. Seorang menteri BUMN
Republik Indonesia yang menjejakan dirinya sampai saat ini karena wirausahanya
akan mengajarkan pada kita tentang bagaimana cara berwirausaha. Hal ini
disampaikan pada generasi muda yang berada di ruangan tempat Fakultas Teknik
Industri Pertanian Unpad mengadakan acara Agro-Technopreneurship.
Dahlan Iskan menyampaikan bahwa dalam berwirausaha
perhatikan hal-hal ini :
1. Tidak
mudah menyerah.
Ya,
inilah tips yang pertama, yaitu jangan mudah putus asa, jangan mudah berhenti
dan selesaikanlah apa yang telah dimulai
2. Selalu
belajar ke guru dan lokasi terbaik.
Sebagai
contoh, Bapak Dahlan Iskan selalu percaya bahwa Tiongkok adalah pusat bisnis
dan pusat kewirausahaan dunia. Oleh karena itu, beliau selalu tidak ragu-ragu
untuk selalu berkunjungan untuk observasi dan belajar dari sana. Belajar dari
yang terbaik, atau dari lokasi terbaik, akan memberikan pengalaman dan
pembelajaran terbaik pula.
3. Siap
untuk resiko terburuk.
Dalam
kelakarnya beliau berkata, “jadi wirausaha, harus siap ditipu”. Artinya, kita
harus siap untuk resiko terburuk. Bukan untuk disesali, namun untuk dijadikan
pelajaran agar tidak terulang kembali di kemudian hari.
4. Berpikir
Holistik.
Sebagai
contoh, “kenapa tidak banyak petani Indoensia yang menanam kedelai?”. Disaat
jawaban pada umumny adalah karena pengaruh impor asing, dll. Jawaban
holistiknya adalah karena penghasilan per hektar kedelai dibanding komoditi
lain, kalah jauh. Artinya, para petani jauh lebih untuk menanam komoditi lain dibanding
kedelai. Inilah contoh pola pikir holistik, yaitu kita mampu memandang sebuah
situasi dengan kacamata yang jelas dan lengkap, serta tidak mudah menyalahkan
keadaan. Pandangan dan analisa yang holistik, akan memampukan kita untuk
mengambil keputusan yang terbaik dan bermanfaat bagi semua pihak.
(Dikutip dari innovation-thinking.blogspot.com – Belajar dari yang
terbaik
Jadi, masihkah kita hanya berdiam diri melihat kompleksitas permasalahan
bangsa ini ? ataukah kita akan bergerak , bangkit dan bertindak untuk bersama
membangun bangsa ini ?
Jawaban ada ditangan anda, Jika bukan saat ini, kapan lagi, jika bukan
kita, siapa lagi .
Sumber
Tulisan:
Hery Wibowo. 2011. Kewirausahaan
Suatu Pengantar. Widya Padjajaran: Bandung
Hery Wibowo. New Hope
Social Entrepreneurship.
http://innovation-thinking.blogspot.com/search?updated-max=2013-12-05T16:44:00-08:00&max-results=5 (diakses
pada 15 Desember 2013)
Hery Wibowo. Things that build social entrepreneurship.
http://innovation-thinking.blogspot.com/2013/11/things-that-build-social.html (diakses pada 15 Desember 2013)
Hery Wibowo . Young Entrepeneur.
http://innovation-thinking.blogspot.com/2013/11/young-entrepreneur.html (diakses pada 15 Desember 2013)
Hery Wibowo . Belajar dari yang Terbaik.
http://innovation-thinking.blogspot.com/2013/11/belajar-dari-yang-terbaik.html (diakses pada 15 Desember 2013)